Sabtu, 29 Agustus 2015

Permasalahan sosial



Dapatkah manusia bertahan dalam kelompoknya sendiri tanpa memperdulikan keberadaan kelompok lain?
Tidak,pada umumnya manusia merupakan makhluk yang selalu ingin hidup bersama dan tidak mungkin dapat bertahan hidup tanpa manusia lain. Manusia bergabung kelompok lainnya untuk mencapai suatu tujuan,cita-cita dan bersosialisi sesama anggota kelompok lainnya.

Gejala sosial seperti apakah yang telah melahirkan konflik kelompok di tolikara ini?
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan konflik terjadi.
1.      Persinggungan identitas. Identitas yang bersinggungan di Tolikara sangat jelas adalah dua keyakinan agama berbeda. Ketika ada persinggungan, identitas itu akan hadir untuk mendelegitimasi identitas lain, sekaligus menjadi legitimasi tindakan tertentu atas nama solidaritas kelompok. Artinya, identitas itu bisa dikoordinir menjadi solidaritas kelompok melawan identitas kelompok lain. Maka, yang muncul adalah sentimen identitas antar kelompok yang dikonstruksi dari perbedaan yang ada.
2.      Penyebab konflik bisa karena lemahnya legitimasi pemerintah atau aparat penegak hukum di tengah masyarakat. Menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah menjadi salah satu potensi munculnya konflik. Kita bisa mengambil pelajaran atas kondisi melemahnya kekuasaan pemerintah setelah orde baru lengser.
3.      Konflik terjadi karena perubahan kondisi. Munculnya konflik, menurut Coser sebagai sinyal bahwa sebenarnya struktur sosial sedang menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi.“Conflict maintains or reestablished system integration and adaptability to changing condition.” Artinya ada kondisi tertentu yang sedang berubah yang menjadi penyebab konflik dua identitas berbeda, misalnya perubahan sosial ekonomi atau sosial politik.

Akankah konflik ini dapat melahirkan perubahan sosial yang signifikan?
Belajar dari hal itu, maka, pemerintah lokal harus jeli melihat perubahan kondisi sosial masyarakat di Tolikara. Setiap perubahan sosial harus memperhatikan asas keadilan dan ketersediaan akses yang sama terhadap sumberdaya yang ada bagi seluruh anggota masyarakat. Pemerintah harus memastikan bahwa rakyatnya memiliki kemampuan yang sama untuk memperoleh manfaat atas sumberdaya; baik sumber daya alam, ekonomi, soial dan politik.
Setelah tiga hal itu disadari oleh masyarakat, khususnya para pemangku kebijakan, maka hal-hal yang tidak diinginkan dari gesekan identitas berbeda di Tolikara tidak akan menjadi konflik yang membawa dampak kerusakan, tetapi justru menjadi instrumen untuk memperkuat integrasi masyarakat Papua, masyarakat Indonesia, dan masyarakat dunia pada umumnya.

Sumber:

mulyadinpermana.wordpress.com/2015/07/22/konflik-tolikara-dan-sentimen-identitas/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar